Jumat, 23 Mei 2014

Merubah puisi "aku" karya chairil anwar menjadi sebuah prosa

MERUBAH PUISI "AKU" KARYA CHAIRIL ANWAR MENJADI SEBUAH PROSA

puisi "Aku" ini mnceritakan keadaaan seorang pengarang yang tabah dan sabar dalam menjalani hidup yang penuh cacian orang-orang, sehingga menjadikan dia sosok yang pantang menyerah.

PROSA :

      Disebuah desa yang terletak di kaki pegunungan tinggallah satu keluarga yang miskin. Dia bernama Adi. Adi tinggal bersama ibu dan dua adik perempuannya. Adi selalu membantu ibunya yang bekerja menjadi buruh cucian di rumah-rumah penduduk, sedangkan ayahnya sudah meninggal 3 tahun yang lalu. Walaupun Adi anak seorang buruh cucian tetapi adi dan kedua adiknya tetap bersekolah. Adi sudah duduk dikelas 3 SMP, sedangkan adiknya masih SD. Adi hanya memiliki sepasang seragam sekolah yang sudah lusuh, dan sepasang sepatu yang tak layak lagi untuk dipakai. Tetapi Adi tidak putus asa untuk bersekolah. Adi seorang anak yang tekun dan rajin belajar, Adi sangat sopan kepada ibu dan orang-orang yang disekitarnya. adi bercita-cita menjadi orang sukses sehingga suatu kelak Adi bsa membahagiakan ibunya.
     
      Dengan keadaan keluarga adi yang tidak berada, adi sering dikucilkan oleh orang-orang dikampungnya. suatu hari adi melihat anak-anak seusianya bermain gundu didekat lapangan bola, adi sangat ingin sekali bergaul dengan anak-anak itu kemudian adi berjalan menuju lapangan.Sesampainya disana adi di ejek oleh seorang anak, dengan berkata "hei anak kumal, kamu tidak pantas bermain dengan kami, kamu orang miskin", bentak si anak dengan nada tinggi. Adi hanya tertunduk diam, adi tidak mau melawan karena tidak ada gunanya. Lalu adi berlari meninggalkan anak-anak itu dan pergi ke suatu tempat yaitu dibawah sebatang pohon beringin yang tak jauh dari rumahnya.

      Adi termenung akan ucapan anak-anak tadi, air matanya jatuh membasahi pipinya. Dia teringat akan pesan ayahnya "Adi...kamu harus menjadi anak yang sabar, pantang menyerah. Jangan peduli terhadap ucapan orang yang menghina kamu nak. Suatu saat mereka akan tersenyum melihat kamu berhasil, gapailah cita-citamu nak, supaya kamu menjadi orang yang sukses, ayah dan ibu sangat bahagia jika melihat mu berhasil". Kemudian adi menghapus air matanya karena dia tidak perlu menangisi hal yang seperti itu. adi masih punya ibu yang selalu memberikan semangat. Sekarang adi tidak peduli dengan cacian orang-orang di sekitarnya karena adi masih mempunyai mimpi-mimpi yang harus digapainya.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda